Buat yang belum baca Part 1nya, mohon dibaca dulu ya.. Soalnya dijamin ga bakalan nyambung. :)
Keesokan harinya, aku datang ke toshokan
lagi. Tugas yang diberikan Takahara-sensei
ini bernar-benar luar biasa dan cukup memusingkan. Bayangkan, aku yang baru
satu bulan di sini disuruh membuat paper
tentang perubahan pola hidup remaja Jepang selama tiga tahun terakhir! Darimana
aku mendapat semua bahan tentang itu? Bahkan Eimi-neesan yang pernah mengambil mata kuliah itu pun menggeleng pasrah.
“Gomen, kali ini aku
benar-benar tidak bisa membantumu, Rani.” Ucapnya saat aku memperlihatkan
tugasku padanya. “Aku belum pernah membaca buku yang bisa digunakan sebagai
bahan paper-mu. Jadi, terpaksa kau
harus melakukan riset sendiri.”
“Aku menelan ludah. Riset sendiri? Itu artinya aku harus meneliti
majalah remaja, tren, gaya hidup, dan sebagainya! Mana mungkin aku bisa
melakukan itu semua hanya dalam waktu satu bulan?
Aku tidak punya pilihan lain. Akhirnya, dengan ‘modal’ Bismillah, aku
nekad pergi ke toshokan dan melakukan riset. Kemarin adalah hari pertamaku dan
aku sudah selesai membaca sekitar tiga puluh sampai empat puluh majalah. Masih ada
sekitar dua atau tiga puluh ribu majalah lagi! Allah.. kuatkan aku..
Uh, penuh sekali.. batinku kecut
saat melihat ruang toshokan yang penuh sesak. Di mana aku duduk nih?
Tiba-tiba pandangan mataku membentur sebuah kursi kosong. Bergegas aku
berjalan ke sana. Bahaya kalau sampai keduluan orang lain! Di Jepang, kursi
kosong di toshokan sama berharganya seperti kursi VIP konser Krisdayanti di
Indonesia. Orang akan rela melakukan apa saja untuk mendapatkannya.
“Sumimasen..” Aku menyapa
seoran gpria muda yang duduk di seberang kursi kosong itu. Agaknya ia asyik
dengan bacaannya hingga tidak mendengar sapaanku. Aku menarik napas dan
mengulangi lagi sapaanku.
“Sumimasen.. boleh saya duduk
disini?”
Pria muda itu mengembuskan napas keras. Sepertinya ia terganggu dengan
sapaanku. Dengan enggan ia mengangkat kepalanya dan menatapku. Tiba-tiba
ekspresi kesal lenyap dari wajahnya dan langsung digantikan oleh ekspresi pucat
penuh rasa bersalah.
“Aa.. Gomen nasai!!” ucapnya
sambil cepat-cepat berdiri dan membungkukkan badannya kepadaku. “Maaf waktu itu
saya salah. Maaf!!”
Untuk sesaat aku melongo melihat tingkahnya. Tapi, kemudian barulah aku
sadar ternyata pria muda ini si pencuri payung, eh, laki-laki yang kemarin
salah mengambil payungku! Hebat benar dia, masih ingat peristiwa itu, padahal
aku saja sudah lupa.
“Daijoubu!” kataku. Tidak
apa-apa. Dan lagi, kemarin Anda sudah minta maaf, bukan?”
“Ee..” pria muda itu tersenyum kikuk. Tiba-tiba ia tersentak dan
langsung menarik kursi di hadapanku. “Si..silakan duduk di sini! Kursi ini
kosong kok! Silahkan?”
Aku tersenyum dan duduk di kursi itu. Untuk sesaat, suasana hening. Kami
berdua sama-sama sibuk dengan bacaan kami. Tapi, tiba-tiba aku mendengar
suaranya menyapaku.
“Sumimasen..”
Aku mengangkat wajah dan menatapnya. “Ya, ada apa?”
“Kita belum berkenalan.” Ucapnya sambil tersenyum. “Nama saya Takagi.
Takagi Kazuya. Douzo yoroshiku..”
“Nama saya Rani Hapsari. Douzo
yoroshiku.”
“Anda berasal dari mana?”
“Dari Indonesia.”
“Sekarang sedang kuliah disini atau sedang berlibur?”
Aku meringis dalam hati mendengar pertanyaannya. Mana mungkin orang
berlibur pergi ke perpustakaan! Orang Jepang.. orang Jepang..
“Saya sekarang sedang kuliah. Di Tokyo Daigaku.”
“E? Hontou desu ka?” kedua
matanya membulat mendengar ucapanku. “Saya juga mahasiswa Tokyo Daigaku!”
ucapnya penuh semangat. “Anda mengambil jurusan apa?”
“Sosiologi.”
“Wah, kalau begitu kita bertetangga! Saya mengambil jurusan Politik
Internasional. Kok kita belum pernah bertemu di Daigaku, ya?” ucapnya penuh
semangat. Tiba-tiba matanya menatap tumpukan majalah di hadapanku. “Ini.. untuk
tugas?”
Aku mengangguk.
“Ini bahan riset untuk paper saya. Takahara-sensei menyuruh saya menulis tentang perubahan pola hidup remaja
Jepang selama tiga tahun terakhir. Jadi, mau tidak mau saya harus meneliti
semua majalah remaja mulai dari tiga tahun sampai sekarang.”
“Ah, kebetulan sekali!” Ia tiba-tiba tertawa senang. “Saya punya buku
yang membahas tentang itu! Judulnya Dinamika Kehidupan Remaja ditulis oleh
Nakashima-sensei. Semua bahan yang
perlu Anda ketahui ada di dalam buku itu! Anda tinggal membacanya dan tidak
perlu melakukan riset serumit ini.” Ia tersenyum dan menatapku, “Bagaimana?”
“Tapi.. apa aku tidak merepotkan?” tanyaku ragu. Begaimanapun juga dia
adalah orang asing. Rasanya tidak pantas jika harus merepotkan orang asing!
“Daijoubu!” ucapnya mantap. “Ini
adalah kesempatan untuk menebus kesalahan saya kemarin. Jadi, tidak usah
khawatir. Pokoknya, besok saya akan bawa bukunya untuk Anda.”
To be continued..
Daftar Istilah
-san :
digunakan di belakang nama orang untuk menghormatinya.
Ano : ucapan yang sering dikeluarkan
orang Jepang saat ragu-ragu.
Doshite : ada apa
Iie : tidak
Oneesan/neesan :
kakak perempuan
Sensei : guru; dosen
Toshokan : perpustakaan
Sumimasen : permisi;
maaf mengganggu
Desu ga : tapi
Hontou desu ka : benar begitu?
Gomen nasai : maaf
Daijoubu : tidak apa-apa
Arigatou gozaimashita : terimakasih
Douzou yoroshiku : senang berkenalan dengan anda
0 komentar:
Posting Komentar