Minggu, 05 Februari 2012

NYANYIAN RINTIK HUJAN [Part 2]

Buat yang belum baca Part 1nya, mohon dibaca dulu ya.. Soalnya dijamin ga bakalan nyambung. :)

Keesokan harinya, aku datang ke toshokan lagi. Tugas yang diberikan Takahara-sensei ini bernar-benar luar biasa dan cukup memusingkan. Bayangkan, aku yang baru satu bulan di sini disuruh membuat paper tentang perubahan pola hidup remaja Jepang selama tiga tahun terakhir! Darimana aku mendapat semua bahan tentang itu? Bahkan Eimi-neesan yang pernah mengambil mata kuliah itu pun menggeleng pasrah.
Gomen, kali ini aku benar-benar tidak bisa membantumu, Rani.” Ucapnya saat aku memperlihatkan tugasku padanya. “Aku belum pernah membaca buku yang bisa digunakan sebagai bahan paper-mu. Jadi, terpaksa kau harus melakukan riset sendiri.”
“Aku menelan ludah. Riset sendiri? Itu artinya aku harus meneliti majalah remaja, tren, gaya hidup, dan sebagainya! Mana mungkin aku bisa melakukan itu semua hanya dalam waktu satu bulan?
Aku tidak punya pilihan lain. Akhirnya, dengan ‘modal’ Bismillah, aku nekad pergi ke toshokan dan melakukan riset. Kemarin adalah hari pertamaku dan aku sudah selesai membaca sekitar tiga puluh sampai empat puluh majalah. Masih ada sekitar dua atau tiga puluh ribu majalah lagi! Allah.. kuatkan aku..
Uh, penuh sekali.. batinku kecut saat melihat ruang toshokan yang penuh sesak. Di mana aku duduk nih?
Tiba-tiba pandangan mataku membentur sebuah kursi kosong. Bergegas aku berjalan ke sana. Bahaya kalau sampai keduluan orang lain! Di Jepang, kursi kosong di toshokan sama berharganya seperti kursi VIP konser Krisdayanti di Indonesia. Orang akan rela melakukan apa saja untuk mendapatkannya.
Sumimasen..” Aku menyapa seoran gpria muda yang duduk di seberang kursi kosong itu. Agaknya ia asyik dengan bacaannya hingga tidak mendengar sapaanku. Aku menarik napas dan mengulangi lagi sapaanku.
Sumimasen.. boleh saya duduk disini?”
Pria muda itu mengembuskan napas keras. Sepertinya ia terganggu dengan sapaanku. Dengan enggan ia mengangkat kepalanya dan menatapku. Tiba-tiba ekspresi kesal lenyap dari wajahnya dan langsung digantikan oleh ekspresi pucat penuh rasa bersalah.
“Aa.. Gomen nasai!!” ucapnya sambil cepat-cepat berdiri dan membungkukkan badannya kepadaku. “Maaf waktu itu saya salah. Maaf!!”
Untuk sesaat aku melongo melihat tingkahnya. Tapi, kemudian barulah aku sadar ternyata pria muda ini si pencuri payung, eh, laki-laki yang kemarin salah mengambil payungku! Hebat benar dia, masih ingat peristiwa itu, padahal aku saja sudah lupa.
Daijoubu!” kataku. Tidak apa-apa. Dan lagi, kemarin Anda sudah minta maaf, bukan?”
“Ee..” pria muda itu tersenyum kikuk. Tiba-tiba ia tersentak dan langsung menarik kursi di hadapanku. “Si..silakan duduk di sini! Kursi ini kosong kok! Silahkan?”
Aku tersenyum dan duduk di kursi itu. Untuk sesaat, suasana hening. Kami berdua sama-sama sibuk dengan bacaan kami. Tapi, tiba-tiba aku mendengar suaranya menyapaku.
Sumimasen..”
Aku mengangkat wajah dan menatapnya. “Ya, ada apa?”
“Kita belum berkenalan.” Ucapnya sambil tersenyum. “Nama saya Takagi. Takagi Kazuya. Douzo yoroshiku..”
“Nama saya Rani Hapsari. Douzo yoroshiku.”
“Anda berasal dari mana?”
“Dari Indonesia.”
“Sekarang sedang kuliah disini atau sedang berlibur?”
Aku meringis dalam hati mendengar pertanyaannya. Mana mungkin orang berlibur pergi ke perpustakaan! Orang Jepang.. orang Jepang..
“Saya sekarang sedang kuliah. Di Tokyo Daigaku.”
“E? Hontou desu ka?” kedua matanya membulat mendengar ucapanku. “Saya juga mahasiswa Tokyo Daigaku!” ucapnya penuh semangat. “Anda mengambil jurusan apa?”
“Sosiologi.”
“Wah, kalau begitu kita bertetangga! Saya mengambil jurusan Politik Internasional. Kok kita belum pernah bertemu di Daigaku, ya?” ucapnya penuh semangat. Tiba-tiba matanya menatap tumpukan majalah di hadapanku. “Ini.. untuk tugas?”
Aku mengangguk.
“Ini bahan riset untuk paper saya. Takahara-sensei menyuruh saya menulis tentang perubahan pola hidup remaja Jepang selama tiga tahun terakhir. Jadi, mau tidak mau saya harus meneliti semua majalah remaja mulai dari tiga tahun sampai sekarang.”
“Ah, kebetulan sekali!” Ia tiba-tiba tertawa senang. “Saya punya buku yang membahas tentang itu! Judulnya Dinamika Kehidupan Remaja ditulis oleh Nakashima-sensei. Semua bahan yang perlu Anda ketahui ada di dalam buku itu! Anda tinggal membacanya dan tidak perlu melakukan riset serumit ini.” Ia tersenyum dan menatapku, “Bagaimana?”
“Tapi.. apa aku tidak merepotkan?” tanyaku ragu. Begaimanapun juga dia adalah orang asing. Rasanya tidak pantas jika harus merepotkan orang asing!
Daijoubu!” ucapnya mantap. “Ini adalah kesempatan untuk menebus kesalahan saya kemarin. Jadi, tidak usah khawatir. Pokoknya, besok saya akan bawa bukunya untuk Anda.”
To be continued..

Daftar Istilah
-san                         : digunakan di belakang nama orang untuk menghormatinya.
Ano                         : ucapan yang sering dikeluarkan orang Jepang saat ragu-ragu.
Doshite                    : ada apa
Iie                             : tidak
Oneesan/neesan       : kakak perempuan
Sensei                      : guru; dosen
Toshokan                : perpustakaan
Sumimasen            : permisi; maaf mengganggu
Desu ga                   : tapi
Hontou desu ka   : benar begitu?
Gomen nasai         : maaf
Daijoubu                 : tidak apa-apa
Arigatou gozaimashita : terimakasih
Douzou yoroshiku : senang berkenalan dengan anda




0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Template by:
Free Blog Templates